PENDAHULUAN
Hal
yang menyebabkan kalimat menjadi bidang kajian bahasa yang penting antara lain
karena dengan perantaraan kalimatlah sesorang baru dapat menyampaikan maksudnya
secara lengkap dan jelas. Satuan bahasa yang sudah kita kenal sebelum sampai
ada tataran kalimat adalah kata (mis. Tidak) dan frasa atau kelompok
kata (mis. tidak tahu). Kedua bentuk itu, kata an frasa, tidak dapat
mengugkapkan maksud secara lengkap dan jelas, kecuali jika keduanya sedang
berperan sebgai kalimat minor. Untuk dapat berkalimat dengan baik, perlu kita
pahami terlebih dahulu struktur dasar suatu kalimat.
Kalimat
adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur miimal ubjek (S) dan predikat (P)
dan inntonsinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap engan makna.
Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis dilambangkan dengan titik, tanda
tanya, atu tand seru. Penetapan struktur minimal S dan P dalam hal ini
menunjukan kalimat bukanlah semata-semata gabungan atau rangkaian kata yang
tidak mempunyai kesatuan bentuk.. lengkap dengan makna menunjukan sebuah
kalimat harus megandung pokok pikiran yang lengkap sebagai pengungkap maksud
penuturnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kalimat
Efektif
Kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya
secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula.
Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan
gagasan atau pikiran pada pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau
pembicara secara tepat sehingga pndengar/pembaca dapat memahami pikiran
tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimasud oleh penulis
atau pembicaranya.
B.
Ciri-Ciri Kalimat
Efektif
Untuk
dapat mencapai keefektifan, suatu kalimat harus memenuhi paling tidak enam
syarat berikut, yaitu adanya:
1.
Kesatuan
Yang dimaksud dengan kesatuan adalah terdapatnya satu ide
pokok dalam sebuah kalimat. Dengan satu ide itu kalimat boleh panjang atau
pendek, menggabungkan lebih dari satu kesatuan, bahkan dapat mempertentangkan
satu sama lainnya, asalkan ide atau gagasan kalimatnya tunggal. Penutur tidak
boleh menggabungkan dua kesatuan yang tidak mempunyai hubungan sama sekali ke
dalam suatu kalimat.
a.
Contoh kalimat yangtidak jelas
kesatuan gagasannya:
1)
Pembangunan gedung sekolah baru
pihak yayasan dibantu oleh bank yang memberi kredit. (terdapat subjek ganda
dalam kalimat tunggal).
2)
Dalam pembangunan sangat berkaitan
dengan stabilitas politik. (memakai kata depan yang salah sehingga gagasan
kalimat menjadi kacau).
3)
Berdasarkan genda sekretaris manajer
personalia akan memberi pengarahan kepada pegawai baru. (tidak jelas siapa yang
memberi pengarahan).
b.
Contoh kaimat yang jelas kesatuan
gagasannya:
1)
Pihak yayasan dibantu oleh bank yang
memberi kredit untuk membangun gedung sekolah baru.
2)
Embangunan sangat berkaitan dengan
politik.
3)
Berdasarkan agenda, sekretaris
manajer personalia akan memberi pengaran kepada pegawai baru.
2.
Kepaduan (koherensi)
Yang dimaksud koherensi adalah hubungan yan padu antara
unsur-unsur pembentuk kalimat. Yang termasuk unsur pembentuk kalimat adalah
kata, frasa, klausa, serta tnda baca yang membentuk S-P-O-Pel-Ket dalam
kalimat.
a.
Contoh kalimat yang unsurnya tidak
koheren:
1)
Kepada setiap pengendara mobil di
Kota Jakarta harus memiliki surat izin mengemudi. (tidak mempunyai
subjek/subjeknya tidak jelas).
2)
Saya punya rumah baru saja
diperbaiki. (struktur tidak benar/rancu)
3)
Tentang kelangkaan pupuk mendapat
keterangan para petani. (unsur S- P-O tidak berkaitan erat)
4)
Yang saya sudah saya sarankan kepada
mereka adalah merevisi anggaran daripada itu proyek. (salah dalam pemakaian
kata dan frasa).
b.
Contoh kalimat yang unsur-unsurnya
koheren:
1)
Setiap penendra mobil di Kota
Jakarta harus memiliki surat izin mengemudi.
2)
Rumah saya baru saja diperbaiki.
3)
Para petani mendapat keterangan
tentang kelangkaan pupuk.
4)
Yang sudah sya sarankan kepada
mereka adaah merevisi anggaran proyek itu.
3.
Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan atau kesejajaran adalah
terdapatnya unsur-unsur yang sam derajatnya, sama pola atau susunan kata dan
frasa yang dipakai di dalam kalimat. Umpamanya dalam sebuah perincian , unsur
pertama menggunakan verba, unsur kedua dan seterusnyajuga verba. Jika bentuk
pertama menggunakan nomina, bentuk berikutnya juga harus nomina.
a.
Contoh kesejajaran atau paralelisme
yang salah:
1)
Kegiatan di perpustaakan meliputi
pembelian buku, membuat katalog, dan buku-buku diberi label.
2)
Kakakmu menjadi dosen atau
pengusaha?
3)
Demikianlah agar ibu maklum, dan
atas perhatiannya aya ucapkan terimma kasih.
4)
Dalam rapt itu diputuskan tiga hal
pokok, yaitu eningkatan mutu produk, memperbanyak waktu penyiaran ikan dan
pemasaran yang lebih gencar.
b.
Contoh kesejajaran atau paralelisme
yang benar:
1)
Kegiatan diperpustakaan meliputi
pembelian buku, pembuatan katalog dan pelabelan buku.
2)
Kakakmu sebagai dosen atau sebagai
pengusaha?
3)
Demikianlag agar Ibu maklum, dan
atas perhatian Ibu saya ucapkan terima kasih.
4)
Dalam rapat ini diputuskan tiga hal
pokok, yaitu meningkatkan mutu produk, meningkatkan frekuensi iklan dan lebih
menggencarkan pemasaran.
4.
Penekanan
Yang dimaksud dengan penekanan adalah suatu perlakuan khusus
menonjolkan bagian kalimat sehingga berpengaruh terhadap makna kalimat secara
keseluruhan. Cara yang dipakai untuk memberi perlakuan khusus pada kata-kata
tertentu ada beberapa, yaitu:
a.
Dengan meletakkan kata yang
ditonjolkan itu di awal kalimat,
b.
Dengan melakukan pengulangan kata (
repetisi),
c.
Dengan melakukan pengontrasan kata
kunci,
d.
Dengan menggunakan partikel/penegas.
Contoh penekanan dengan menempatkan kata yang ditonjolkan
pada awal kalimat:
1)
Pada bulan Desember kita ujian akhis
semester. (bukan akhir noember.
2)
Kita akan ujiian akhir semester pada
bulan Deember. (bukan merreka)
3)
Ujian akhir semester kita tempuh
pada bulan Deember. (bukn ujn tengah semester)
Contoh penekanan dengan pengulangan kata:
1)
Saya senng melihat panorama alam
yang indah; saya senang melihat lukisan yang indah; dan saya juga senang,
melihat hasil seni ukir yang indah.
2)
Sudara-saudara, kita tidak suka
dibohongi, kita tidak suka ditipu, kita tidak suka dibodohi.
Contoh penekanan dengan pengontrasan kata kunci:
1)
Penduduk desa itu tidak menghendaki
bantuan yang berifat sementara, tetapi bantuan yang bersifat permanen.
Contoh penekna dengn menggunakan partikel penegas:
1)
Hendak pulang pun hari sudah gelap
dan hujan pula.
2)
Adakah yang bertanggung jawab
menyelesaikan masalah itu.
5.
Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan ialah
menghindari pemakaian kata yang tidak perlu. Hemat tidak bararti harus
menghilangkan kata-kata yang dapat memperjelas arti kalimat. Hemat di sini
berarti “ekonomis” tidak memakai kata-kata mubazir, tidak mengulang-ulang
subjek, tidak menjamakkan kata yang sudah berbentuk jamak. Dengan hemat
kata-kata, diharapkan kalimat menjadi padat berisi.
a.
Contoh kalimat yang tidak hemat
kata:
1)
Saya melihatnya dengan mata kepala
saya sendiri bahwa mahasiswa itu belajar seharian dari pagi sampai petang.
2)
Dalam pertemuan yang mana hadir di
sana Wakil Gubernur DKI dilakukan suatu perundingan yang membicarakan
perparkiran.
3)
Manajer itu dengan segera mengubah
rencananya setelah dia bertemu dengan direkturnya.
4)
Agar supaya Anda dapat memperoleh
nilai ujian yang memuaskan, Anda harus belajar dengan sebaik-baiknya.
b.
Contoh kalimat yang hemat kata:
1)
Saya melihat sendiri mahasiswa itu
belajar seharian.
2)
Dalam pertemuan yang dihadiri Waki
Gubernur DKI dilakukan perundingan tentang perparkiran.
3)
Manajer itu dengan segera mengubah
rencana setelah bertemu direkturnya.
4)
Agar Anda memperoleh nilai ujian yan
memuaskan, belajarlah baik-baik.
6.
Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah
mengupayakan agar ide kalimat masuk akal. Logis dalam hal ini juga menuntut
adanya pola piker yang sistematis (runtut/teratur dalam penghitungan angka dan
penomoran). Sebuah kalimat yang sudah benar strukturnya, sudah benar pula
pemakaian tanda baca, kata, dan frasa, dapat menjadi salah karena maknanya
tidak masuk akal atau lemah dari segi logika. Perhatikan contoh kalimat yang
lemah dari segi logika berbahasa berikut ini:
a.
Kambing sangat senang bermain hujan.
(padahal kambin tergolong anti air).
b.
Karena lama tinggal di asrama putra,
anaknya semua laki-laki. (apa hubungan tinggal di asrama putra dengan mempunyai
anak lelaki?).
c.
Uang yang bertumpuk itu terdiri atas
pecahan ratusan, puluhan, sepuluh ribuan, lima puluh ribuan, dua puluh ribuan.
(tidak runtut dalam merinci sehingga lemah dari segi logika).
d.
Kepaada Bapak Dekan, waktu dan
tempat kami persilahkan. (waktu dan tempat tidak perlu dipersilahkan)).
e.
Dengan mengucapkan syukur kepada
Tuhan, selesailah makalah ini tepat pada waktunya. (berarti “modal” untuk
menyelesaikan makalah cukuplah ucapan syukur kepada Tuhan.
7.
Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu
perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari kalimat. Untuk membentuk penekanan
dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu:
- Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat
(di awal kalimat.
Contoh:
1)
Harapan kami adalah agar soal ini
dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
2)
Pada kesempatan lain, kami berharap
kita dapat membicarakan lagi soal ini. (ketegasan)
3)
Presiden mengharapkan agar rakyat
membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
4)
Harapan presiden ialah agar rakyat
membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan)
- Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh:
1)
Bukan seribu, sejuta, atau seratus,
tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
(salah)
2)
Bukan seratus, seribu, atau sejuta,
tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
(benar)
- Melakukan pengulangan kata (repetisi)
Contoh:
Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.
- Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu bodoh, tetapi pintar.
- Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti:
partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh:
1)
Dapatkah mereka mengerti maksud
perkataanku?
2)
Dialah yang harus bertanggung jawab
dalam menyelesaikan tugas ini
C.
Syarat-Syarat Kalimat
Efektif
Syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai
berikut:
1.
Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau
penulisnya.
2. Mengemukakan
pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang
dipikirkan pembaca atau penulisnya.
D.
Struktur Kalimat
Struktur kalimat
efektif haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki kesatuan bentuk, sebab
kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan arti. Kalimat yang
strukturnya benar tentu memiliki kesatuan bentuk dan sekaligus kestuan arti.
Sebaliknya kalimat yang strukturnya rusak atau kacau, tidak menggambarkan
kesatuan apa-apa dan merupakan suatu pernyataan yang salah.
Jadi, kalimat
efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap unsur yang
terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata) harus menempati
posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu harus diurutkan
berdasarkan aturan-aturan yang sudah dibiasakan. Tidak boleh menyimpang, aalagi
bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya akan menimbulkan kelainan yang tidak
dapat diterima oleh masyarakat pemakai bahasa itu.
Misalnya, Anda
akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek yang
ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan:
- Buat Papa menulis surat saya.
- Surat saya menulis buat Papa.
- Menuis saya surat buat Papa.
- Papa saya buat menulis surat.
- Saya Papa buat menulis surat.
- Buat Papa surat saya menulis.
Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat
itu sama, namun terdapat kesalahan. Kesalahan itu terjadi karena kata-kata
tersebut (sebagai unsur kalimat) tidak jelas fungsinya. Hubungan kata yang satu
dengan yang lain tidak jelas. Kata-kata itu juga tidak diurutkan berdasarkan
apa yang sudah ditentukan oleh pemakai bahasa.
Demikinlah biasanya yang terjadi
akibat penyimpangan terhadap kebiasaan struktural pemakaian bahasa pada
umumnya. Akibat selanjutnya adalah kekacauan pengertian. Agar hal ini tidak
terjadi, maka si pemakai bahasa selalu berusaha mentaati hokum yag sudah
dibiasakan.
E.
Unsur-Unsur Kalimat
Unsur kalimat
adalah fungsi sintaksis yang daam buku-buku tata bahasa Indonesia lama lazim
disebut jabata kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu subjek
(S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat
bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek
dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu
kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.
- Predikat
Predikat (P) adalah bagian kalimat
yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek
(pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain memberitahu tindakan
atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi, status,
ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan
tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa kata
atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga
numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh berikut:
a.
Kuda meringkik.
b.
Ibu sedang tidur siang.
c.
Putrinya cantik jelita.
d.
Kota Jakarta dalam keadaan
aman.
e.
Kucingku belang tiga.
f.
Robby mahasiswa baru.
g.
Rumah Pak Hartawan lima.
Kata-kata yang dicetak tebal dalam
kalimat di atas adalah P. kata meringkikpada kalimat (a)
memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata sedang tidur siangpada
kalimat (b) memberitahukan melakukan apa ibu, cantik jelita pada
kalimat (c) memberitahukan bagaimana putrinya, dalam keadaan aman pada
kalimat (d) memberitahukan situasi kota Jakarta, belang tiga pada
kalimat (e) memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada
kalimat (f) memberitahukan status Robby, dan limapada kalimat (g)
memberitahukan jumlah rumah Pak Hartawan.
Berikut ini contoh kalimat yang
tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata menunjuk pada perbuatan, sifat,
keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya.
a.
Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
b.
Kantor kami yang terletak di Jln.
Gatot Subroto.
c.
Bandung yang terkenal kota kembang.
Walaupun contoh (a), (b), (c)
ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, yaitu diawali dengan huruf
kaital da diakhiri dengan tanda titik, namun di dalamnya tidak ada satu kata
pun yang berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa
adik yang gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban atas
pertanyaan kenapa atau ada apa dwngan antor di Jan Gatot Subroto dan Bandung
terkenal sebagai kota kembang itu pada contoh (b) dan (c). karena tidak ada
informasi tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang dituntut oleh P, maka
contoh (a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-kata yang
cukup panjang pada contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan kalimat, melainkan
baru merupakan kelompok kata atau frasa.
- Subjek
Subjek (S) adalah bagian kalimat
menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal, suatu masalah yang
menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa
benda (nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan
contoh sebagai berikut ini:
a.
Ayahku sedang melukis.
b.
Meja
direktur besar.
c.
Yang
berbaju batik dosen saya.
d.
Berjalan
kaki menyehatkan badan.
e.
Membangun
jalan layang sangat mahal.
Kata-kata yang dicetak tebal pada
kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi oleh kata dan frasa benda
terdapat ada kalimat (a) dan (b), contoh S yang diisi oleh klausa terdapat pada
kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa verbal terdapat pada kalimat
(d) dan (e).
Dalam bahasa Indonesia, setiap kata,
frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk pada benda (konkret atau abstrak).
Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata yang mengisi S pada kalimat (c), (d)
dan (e) bukan kata benda, namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila
kita menunjuk pelaku pada kalimat (c) dan (d), yangberbaju batik dan berjalan
kaki tentulah orang (benda). Demikian juga membangun jalan
layang yang menjadi S pada kalimat (e), secara implisit juga merujuk
pada “hasil membangun” yang tidak lain adalah benda juga. Di samping itu, kalau
diselami lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap, pada awal kalimat (c)
sampai (e), yaituorang pada awa kalimat (c) dan kegiatan pada
awal kalimat (d) dan (e).
Selain ciri di atas, S dapat juga
dikenali dengan cara bertanya dengan memakai kata tanya siapa (yang)…
atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas
pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata jawabannya tidak ada dan atau
tidak logis berarti kalimat itu tidak mempunyai S. Inilah contoh “kalimat” yang
tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas pelaku atau bendanya.
a.
Bagi siswa
sekolah dilarang masuk.
b.
Di sini
melayani obat generic.
c.
Memandikan
adik di pagi hari.
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi
syarat sebagai kalimat karena tidak mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa
yang dilarang masuk pada contoh (a)siapa yang melayani resep pada
contoh (b) dan siapa yang memandikan adik pada contoh (c),
tidak ada jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak logis.
c.
Objek
Objek (O) adalah bagian kalimat yang
melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa.
Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang
menuntut wajib hadirnya O, seperi pad contoh di bawah ini.
- Nurul menimang …
- Arsitek merancang …
- Juru masak menggoreng .
Verba transitif menimang,
merancang, dan menggoreng pada contoh tersebut adalah
P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P pada ketiga
kalimat itulah yang dinamakan objek.
Jika P diisi oleh verba intransitif,
O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam kalimat dikatakan tidak wajib
hadir. Verba intransitive mandi, rusak, pulangyang menjadi P dalam
contoh berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.
a.
Nenek
mandi.
b.
Komputerku
rusak.
c.
Tamunya
pulang.
Objek dalam kalimat aktif dapat
berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan. Perhatikan contoh kalimat berikut
yang letak O-nya di belakang dan ubahan posisinya bila kalimatnya dipasifkan.
- Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)
-
Yayuk
Basuki (S) dikalahkan oleh Martina
Hingis.
- Orang itu menipu adik saya (O)
-
Adik
saya (S) ditipu oleh oran itu.
4.
Pelengkap
Pelengkap (P) atau komplemen adalah
bagian kalimat yang melengkapi P. letak Pel umumnya di belakang P yang berupa
verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi
Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal, atau klausa.
Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini:
- Ketua MPR membacakan Pancasila.
S P O
- Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.
S P Pel
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang
Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh nominaPancasila, jika
hendak dipasifkan ternyata yang bias hanya kalimat (a) yang menempatkan
Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah sebagai
berikut:
Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.
S P O
Posisi Pancasila sebagai
Pel pada kalimat (b) tidak bias dipindah ke depan menjadi S dalam kalimat
pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal.
Pancasila dilandasi oleh banyak
orsospol.
Hal
lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh
nomina dan frasa nominal, Pel dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa
preposisional. Di samping itu, letak Pel tidak selalu persis di belakang P.
Apabila dalam kalimatnya terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga
urutan penulisan bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh
pelengkap dalam kalimat.
a. Sutardji
membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
b. Mayang
mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
c. Sekretaris
itu mengambilkan atasannya air minum.
d. Annisa
mengirimi kakeknya kopiah bludru.
e. Pamanku
membelikan anaknya rumah mungil.
5. Keterangan
Keterangan
(Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian
kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel.
Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat.
Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa preporsisional, adverbia, atau klausa.
Berdasarkan
maknanya, terdapat bermacam-macam Ket daam kalimat. Para ahli membagi
keterangan atas Sembilan macam (Hasan Alwi dkk, 1998:366) yaitu seperti yang
tertera pada tabel di bawah ini.
JENIS KETERANGAN DAN CONTOH
PEMAKAIANNYA
Jenis Keterangan
|
Posisi/Penghubung
|
Contoh Pemakaian
|
1. Tempat
|
di
ke
dari
(di) dalam
pada
|
di kamar, di kota
ke Medan, ke rumahnya
dari Manado, dari sawah
(di) dalam rumah
pada saya, pada permukaan
|
2. Waktu
|
-
pada
dalam
se-
sebelum
sesdah
selama
sepanjang
|
sekarang, kemarin
pada pukul 5 hari ini
dalam 2 hari ini
sepulang dari kantor
sebelum pukul 12
sesudah makan
selama bekerja
sepanjang hari
|
3. A alat
|
dengan
|
dengan gunting, dengan mobil
|
4.
Tujuan
|
supaya
untuk
bagi
demi
|
supaya/agar kamu pintar
untuk kemerdekaan
bagi masa depan
demi kekasihmu
|
5. C cara
|
secara
dengan cara
dengan jalan
|
secara hati-hati
dengan cara damai
dengan jalan berunding
|
6. K kesalingan
|
-
|
satu sama lain
|
7. Si similatif
|
seperti
bagaikan
laksana
|
seperti angina
bagakan seorang dewi
laksana bintang di langgit
|
8. P penyebaban
|
karena
sebab
|
karena perempuan itu
sebab kecerobohannya
|
9. P penyerta
|
dengan
bersama
beserta
|
dengan adiknya
bersama orang tuanya
beserta saudaranya
|
BAB IV
PENUTUP
A.
Simpulan
Kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau
pembicara secara tepat sehingga pndengar/pembaca dapat memahami pikiran
tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimasud oleh penulis
atau pembicaranya.
Ciri-ciri
kalimat efektif:
1. Kesatuan
2. Kepaduan
3. Keparalelan
4. Ketepatan
5. Kehematan
6. Kelogisan
7. Ketegasan
Syarat-syarat kalimat efektif
adalah sebagai berikut:
1. Secara tepat
mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2. Mengemukakan
pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran
pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan
pembaca atau penulisnya.
Penyusunan kalimat efektif,
meliputi:
1. Subjek
2. Predikat
3. Objek
4. Pelengkap
- Saran
1.
Bagi para pendidik
Para pendidik sebaiknya memahami
dengan seksama dan bena tentang bahasa indnesia yang memiliki berbagai ragam
bahasa supaya dalam proses kegiatan belajar mengajar teradi komunikas yang baik
dan tepat penggunaan bahasanya antara pendidik dengan peserta didik.
2.
Bagi calon pendidik
Para calon pendidik sebaiknya
memahami dan mencari pengetahuan secara seksama mengenai materi dalam makalah
ini supaya pada saat pendidik terjun ke lapangan tidak terjadi kekeliruan dalam
pemakaian bahasa terhadap peserta didik dengan pedidik.
3.
Bagi lembaga sekolah
Lembaga sekoah sebaiknya memberikan
dan menekankan perhatian penuh terhadap penggunaan ragam bahasa yang tepat agar
terjalin komunikasi yang selaras.
Demikian yang dapat kami paparkan
mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan
penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada
umumnya.
Daftar Pustaka
Finoza, Lamuddin. 2002.. Komposisi Bahasa
Indonesia. Jakarta: Insan Mulia.
Razak, Abdul. 1985. Kalimat Efektif. Jakarta:
Gramedia.
http:////Pengertian, Ciri, dan Penggunaan Kalimat
Efektif.html.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar